Search

. . . . . .Welcome To My Blog. . . . . . .

Assalamu'alaikum. . . .

Selamat datang di blog "sHiNeNicHy".....
Blog ini berisi kumpulan-kumpulan asuhan keperawatan,artikel-artikel serta catatan iseng saya...heheh... semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi yang membutuhkan postingan dalam blog ini....
Thanks you very much......and Enjoy it!!!! :)

Sabtu, 10 Juli 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERITONITIS

BAB I
TINJAUAN TEORI



A. DEFINISI
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas peritoneal oleh bakteri atau kimia. Primer tidak berhubungan dengan gangguan usus dasar (cth : sirosis dengan asites, sistem urinarius) ; sekunder inflamasi dari saluran GI, ovarium/uterus, cedera traumatik atau kontaminasi bedah (Doenges, 1999).
Peritonitis adalah inflamasi peritonium yang bisa terjadi akibat infeksi bakterial atau reaksi kimiawi (Brooker, 2001).
Peritonitis adalah infeksi seius atau peradangan dari sebagian atau seluruh peritonium, penutup dari saluran usus (Griffith, 1994).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dualpisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvaturan minor, dna lambung berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus.
Fungsi peritoneum :
1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
2. Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan
3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen
4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi.
C. ETIOLOGI
1. Peradangan dinding peritonium yang terjadi bila benda asing termasuk bakteri atau isi gastrointestinal.
2. Robek atau perforasi dari organ mana saja diperut, seperti apendiksitis, tukak peptik, atau divetikulum yang terinveksi atau kandung kemih.
3. Luka pada dinding perut, seperti karena pisau atau luka karena tembak.
4. Penyakit radang panggul.
5. Robeknya kehamilan ektopik (Griffith, 1994).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri tajam, memburuk pada saat bergerak/batuk.
2. Nyeri menyebar ke bahu, iritasi diafragma.
3. Muntah dan distensi.
4. Palpasi dan perkusi secara hati-hati, terdapaat nyeri lepas.
5. Suara usus menghilang.
6. Peritonitis pelvik dengan manifestasi diare, disuria (Mowschenson, 1990).
E. PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga bdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respons segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. JDL : Sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih besar dari 20.000. sel darah merah mungkin meningkat, menunjukkan hemokonsentrasi.
2. Protein/albumin serum : mungkin menurun karena perpindahan cairan.
3. Amilase serum : biasanya meningkat.
4. Elektrolit serum : hipokalemia mungkin ada.
5. GDA : alkalosis respiratori dan asidosis metabolik mungkin ada.
6. Kultur : organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites.
7. Pemeriksaan foto abdominal : dapat menyatakan distensi usus/ileum. Bila perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas ditemukan pada abdomen.
8. Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma.
9. Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus / eksudat, amilase, empedu, dan kreatinin (Doenges, 1999).
G. Komplikasi
1. Sepsis
2. Syok yang diakibatkan oleh septicemia atau hipovolemia.
3. Obstruksi usus dan perlengketan usus.
4. Eviserasi luka dan pembentukan abses pada pasien post operasi
(Suzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare.edisi 8: 1104)
H. Penatalaksanaan
1. Terapi ditujukan pada kelainan serta akibat lanjut dari proses peritonitis. Terapi suportif untuk hipovolemi, pengaturan suhu tubuh (pada neonatus terdapat hipotermi, sedang pada bayi lebih besar, atau pada anak-anak terdapat hipertermi).
2. Antibiotika dengan spektrum luas sensitif terdapat kuman gram negatif, gram positif serta untuk kuman aerob dan anaerob. Diberikan intravena sebelum pembedahan.
3. Pembedahan ditujukan untuk menghentikan sumber infeksi serta membersihkan rongga peritoneal dari cairan infeksius dengan pencucian dengan cairan NaCl steril. Pencucian harus benar-benar bersih.
4. Drain intraperitoneal tidak perlu dipasang bila telah diyakini rongga peritoneal telah bersih.
5. Perawatan pasca bedah perlu diperhatikan ialah balance cairan, pengaturan suhu tubuh, antibiotika diteruskan, dekompresi lambung dan usus dipertahankan (FKUI, 1995).


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERITONITIS

A. PENGKAJIAN
Tanggal :
Oleh :
Jam :
No. CM :
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Dx. Medis : Peritonitis
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada perutnya
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan perut nyeri, demam tinggi,perut terasa kaku serta mual muntah
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sering mengalami nyeri pada perut sebelumnya,tetapi kemudian menghilang dengan sendirinya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan pada keluarga klien tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit seperti klien.
e. Riwayat alergi
Klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap apapun.
3. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan peritonitis (Doenges, 1999) adalah meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, berkeringat, pucat hipotensi (tanda syok). Edema jaringan.
c. Eleminasi
Gejala : ketidakmampuan defekasi dan flatus. Diare (kadang-kadang)
Tanda : cegukan, distensi abdomen. Penurunan haluaran urine, warna gelap. Penurunan/tak ada bising usus, bising usus kasar.
d. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, haus.
Tanda : muntah proyektil. Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri abdomen tiba-tiba berat, umum atau local, menyebar ke bahu, terus menerus oleh gerakkan.
Tanda : distensi, kaku, nyeri tekan. Otot tegang (abdomen), lutut fleksi, perilaku distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.
f. Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, takipnea.
g. Keamanan
Gejala : riwayat inflamasi organ pelvic (salpingitis) ; infeksi pasca melahirkan, abses retroperitoneal.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat adanya trauma penetrasi abdomen ; perforasi kandung kemih ; penyakit saluran GI (apendiksitis perforasi, ganggren/rupture kandung empedu, perforasi Ca gaster, perforasi gaster/ulkus duodenal, obstruksi ganggrenosa usus, perforasi divertikulum, ileitis regional, hernia strangulasi).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen / peritoneal
2. Perubahan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Devisit volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari ekstraselular, intavaskular, dan area intestinal ke dalam rongga peritoneal
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah
5. Infeksi berhubungan dengan invasi bakteri ke seluruh permukaan peritonium
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Resiko tinggi sepsis berhubungan dengan masuknya bakteri ke saluran sistemik
8. Gangguan body image berhubungan dengan perut membesar (asites)


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002,.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta : EGC
Price, Silvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
http://bedah46.blogspot.com/2009/02/peritonitis.html

1 komentar: