Search

. . . . . .Welcome To My Blog. . . . . . .

Assalamu'alaikum. . . .

Selamat datang di blog "sHiNeNicHy".....
Blog ini berisi kumpulan-kumpulan asuhan keperawatan,artikel-artikel serta catatan iseng saya...heheh... semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi yang membutuhkan postingan dalam blog ini....
Thanks you very much......and Enjoy it!!!! :)

Sabtu, 10 Juli 2010

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HYDROCHEPALUS

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Hydrochepalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. (http:///www.askephydrochepalus.com).

Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Menurut Mumenthaler (1995) definisi hydrocephalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinallis internal atau eksternal melebar.

Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah, 1997).

Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya Hydrocephalus akibat produksi yang berlebihan cairan serebro spinal dianggap sebagai proses yang intermiten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak-anak yang disebabkan oleh papiloma pleksus, yang dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi otak

2. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis

a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam.

Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

1) Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)

2) Parenchym otak

3) Arachnoid

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri.

Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

C. BENTUK HTDROCHEPALUS

1. Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

2. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)

3. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

D. ETIOLOGI

Penyebab dari hirochepalus adalah :

1. Kelainan bawaan

2. Infeksi

3. Neoplasma

4. Perdarahan

E. HIDROCEPHALUS PADA ANAK ATAU BAYI

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) ;

  1. Kongenital

Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;

a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil

b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

  1. Di dapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya..

Penyebab sumbatan ;

Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak – anak ;

  1. Kelainan kongenital
  2. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran ventrikel pada masa akut ( misal ; Meningitis )
  3. Neoplasma
  4. Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :

  1. Hidrosefalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.

  1. Hidrosefalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.

Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.

Manifestasi klinis

a. Bayi ;

1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

2) Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial;

Ø Muntah

Ø Gelisah

Ø Menangis dengan suara ringgi

Ø Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.

4) Peningkatan tonus otot ekstrimitas

5) Tanda – tanda fisik lainnya ;

Ø Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.

Ø Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.

Ø Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

Ø Strabismus, nystagmus, atropi optik.

Ø Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

b. Anak yang telah menutup suturanya ;

Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :

Ø Nyeri kepala

Ø Muntah

Ø Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

Ø Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.

Ø Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

Ø Strabismus

Ø Perubahan pupil.

F. PATOFISIOLOGI

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

G. MANIFESTASI KLINIK

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.

Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.

Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.

Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.

Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.

Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

H. DIAGNOSIS

CT Scan

Sistenogram radioisotop dengan scan .

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Tanggal :

Oleh :

Jam :

No. CM :

1.IDENTITAS

a. Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Status :

Diagnosa :

Alamat :

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Alamat :

Umur :

Hubungan dengan Pasien :

Pendidikan :

Alamat :

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Muntah, gelisah, nyeri kepala, lethargi, lelah, apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, konstriksi penglihatan perifer.

b. Riwayat kehamilan pre natal

Ibu sudah pernah diimunisasi TT.

c. Riwayat natal

Kelahiran : prematur, lahir dengan pertolongan tenaga kesehatan, pada waktu lahir menangis keras.

d. Riwayat penyakit sebelumnya

Menurut pengkajian orang tua sejak 4 bulan yang lalu anaknya pernah panas kemudian disertai mual dan kejang – kejang serta terlihat kepala anaknya muali oleh keluarga anaknya di antar RSU Dr. Karyadi Semarang kemudian dirawat selama 7 hari dan pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.

e. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke RSU Dr. Karyadi Semarang tanggal 9 April 2008 jam 09.00 WIB dalam keadaan tidak sadar (apatis), muntah, suhu tubuh meningkat dari normal (380), keadaan umum lemah.

f. Riwayat imunisasi

1) 0 bulan : Hb Uniject, BCG, Polio I

2) 2 bulan : DPT-Hb I dan Polio II

3) 3 bulan : DPT-Hb II dan Polio III

4) 4 bulan : DPT-Hb III dan Polio IV

5) 9 bulan : Campak

g. Riwayat psiko sosial

Anak tidak bisa bermain dan merasa sedih dengan penyakitnya.

3. Pengkajian Pola Fungsional

a. Pola bernafas

Dyspnea akibat kontraksi otot pernafasan..

b. Kebutuhan nutrisi

Anoreksia, penurunan turgor kulit.

c. Kebutuhan eliminasi

Konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus.

d. Kebutuhan istirahat dan tidur

Kebutuhan istirahat tidur pasien terganggu.

e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Tidak merasa nyaman karena merasa nyeri pada kepala.

f. Kebutuhan berpakaian

Dalam berpakaian pasien dibantu oleh perawat / keluarga.

g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi

Suhu tubuh tinggi akibat demam dan sirkulasi darah cepat (takikardi).

h. Kebutuhan personal hygience

Dalam personal hygiene pasien dibantu oleh perawat atau keluarga.

i. Pola gerak dan keseimbangan tubuh

Pola gerak dan keseimbangan tubuh terganggu karena kepalanya membesar.

j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain.

Pasien lamban dalam berkomunikasi dengan orang lain dikarenakan keadaannya yang apatis

k. Kebutuhan spiritual

Pasien belum wajib melakukan ibadah..

l. Kebutuhan bekerja

Pasien belum bisa bekerja.

m. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Tergangu akibat kepalanya yang membesar dan sakit yang dialami.

n. Kebutuhan belajar

Terganggu.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi penyakit

3. Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake makanan.

4. Gangguan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang.

B. INTERVENSI

1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Intervensi :

1. Atur posisi klien senyaman mungkin

2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

3. Catat adanya pengaruh nyeri, misalnya hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan

4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesiks

5. Jelaskan penyebab nyeri

Rasional :

1. Posisi klien yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Dengan mengajarkan tehnik relaksasi dan pengalihan perhatian sehingga pasien dapat mandiri untuk mengurangi rasa nyerinya.

3. Nyeri dapat mengurangi kehidupan sampai keadaan yang cukup serius bahkan berkembang sampai keadaan depresi.

4. Penanganan pertama dari nyeri pada kepala dengan pemberian analgesik dapat menghilangkan / mengurangi nyeri.

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi penyakit

Intervensi :

1. Atur suhu lingkungan yang nyaman

2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam

3. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang

4. Laksanakan program pengobatan antibiotic dan antipiretik

5. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium leukosit

Rasional :

1. Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi

2. Identifikasi perkembangan gejala-gejala kearah syok exhaustion

3. Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi.

4. Obat-obatan antibacterial dapat mempunyai spectrum untuk mengobati bakteri gram positif, atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.

5. Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 100.000/mm3 mengidentifikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.

3. Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake makanan.

Intervensi :

1. Kolaborasi untuk memberikan cairan IV line

2. Berikan makanan sedikit tapi sering

3. Menyajikan makanan selagi hangat

Rasional :

1. Pemberian cairan melalui intravena untuk menambah nutrisi dan cairan karena pasien mual dan muntah.

2. untuk menjaga kestabilan berat badan agar tidak turun drastis dan juga agar tidak mual.

3. Dengan menyajikan makanan selagi hangat menambah nafsu makan pasien

4. Gangguan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang.

Intervensi :

1. Catat respons – respons emosi / perilaku pada imobilisasi, berikan aktivitas sesuai yang sesuai dengan pasien

2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas

Rasional :

Imobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka rangsang. Aktivitas pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian pasien dan meningkatkan koping keterbatasan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Cecily. L Betz, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Alih bahasa Jan Tambayong,Jakarta:EGC

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta:EGC

Long Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, suatu pendekatan proses keperawatan. Bandung : Yayasan IADK.

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Ed. 6 Vol. 2. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, Jakarta
: Infomedika,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar